Monday, June 17, 2013

Imam Al-Qurthubi Pernah Berjumpa dengan Nabi SAW

Sumber: http://www.sarkub.com/2013/imam-al-qurthubi-pernah-berjumpa-dengan-nabi-saw/

Ketika Habib Mundzir mengatakan bahwa beliau tadi malam mimpi bertemu Rasulullah shallahu ‘alaihiwa sallam dan Nabi berkata kepada beliau “Jangan engkau katakan kepada tamu-tamuku itu ucapan-ucapan yang menyakiti perasaan mereka. Katakan ucapan yang lembut. Jangan engkau katakan sambil marah-marah didepan orang-orang yang hadir maulid, karena itu tamu-tamuku ! katakanlah pada mereka bahwa Muhammad mencintai mereka ! katakan Muhammad rindu pada mereka! katakan Muhammad menyayangi mereka !itu ucapan yang patut kau ucapkan di Maulid NabiMuhammad !"

Beliau mengucapkan itu di kediaman Habib Taufiq bin Abdul Qadir as-Seggaf Pasuruan, kira-kira di tahun 2000/2001, saat itu saya masih nyantri di sana dan kebetulan saya mendengar langsung ucapan beliau karena saya duduk tepat di hadapan beliau. Hati saya ketika itu merasakan kebahagian yang sangat luar biasa mendapat kabar gembira dari Nabi melalui mimpi habib Mundzir al-Musawa.
 
Oleh sebagian kaum sufahaa (lemah akalnya/wahhabi-salafi) cerita ini dianggapnya khurafat dan dusta. Saya tak akan berpanjang lebar untuk menjelaskannya secara ilmiyyah berdasarkan al-Quran dan Hadits, namun saya langsung akan menampilkan bukti dari imam besar ahli tafsir, yang shaleh, zuhud dan wira’i, yang menjadi rujukan para ulama besar Ahlus sunnah, yaitu imam al-Qurthubi (578-656 H). Beliau dalam salah satu kitabnya BERSUMPAH pernah berjumpa kepada Nabi shallahu‘alaihi wa sallam secara sadar (bukan tidur) yang sebelumnya beliau mimpi terlebih dahulu. Berikut redaksinya dari kitab al-Mufhim karya beliau :

“ Sungguh hal ini (mimpi lalu menjadi kenyataan) SERING terjadi padaku beberapa kali, di antaranya : Ketika aku sampai ke Tunis, bermaksud untuk berangkat haji, aku mendengar kabar buruk tentang negeri Mesir dari musuhnya yang telah menguasai Dimyath. Maka aku rencanakan untuk menetap sementara di Tunis hingga sampai selesai dari urusan musuh. Kemudian aku bermimpi berada di masjid Nabi dan aku duduk di sisi Mimbarnya. Dan beberapa orang memberi salam kepada Nabi shallahu ‘alaihiwa sallam. Tiba-tiba seseorang mendatangiku dan menegorku “ Berdirilah dan ucapkan salam kepada Nabi “. Maka buru-buru aku ucapkan salam kepada Nabi dan aku terbangun dari tidurku dan lisanku masih mengucapkan salam kepada Nabi. Maka Allah memberikan kemudahan kepadaku dan hilanglah rasa takutku terhadap musuh di luar sana. Kemudian aku bersafar (pergi) hingga sampai di Iskandariyyah dengan perjalanan selama kurang lebih 30 hari dalam keadaan selamat. Dan aku mendapati Iskandariyyah dan kota-kota Mesir dalam keadaan mencekam, susah dan banyak musibah. Aku menetap di sana sepuluh hari dan Allah telah memecahkan pasukan musuh dan menetapkan kota aku temapti dengan tanpa gangguan sedikit pun dari musuh dengan kelembutan Allah yang Maha Pengasih dari Dzat yang Maha Pengasih. Kemudian Allah menyempurnakan kebaikan-Nya kepadaku dengan mentaqdirkanku sampai ke makam Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam dan masjidnya setelah melakukan haji, DAN SUNGGUH DEMI ALLAH, AKU MELIHAT NABI DALAM KEADAAN SADAR PERSIS KEADANNYA SEBAGAIMANA AKU MELIHATNYA DALAM MIMPIKU TANPA ADA TAMBAHAN DAN PENGURANGAN SEDIKIT PUN “.
 
 (AL-Mufhim lima asykala min talkhish kitabMuslim, juz 5 hal. 24-25, cetakan Dar Ibn Katisr dan Dar al-Kalim ath-Thayyib,Beirut)
 
 
Sungguh benar sabdaNabi shallahu ‘alaihi wa sallam :
 
من رآني في المنام فسيراني في اليقظة ولا يتمثل الشيطان بي
 
” Barangsiapa melihatku dalam mimpi, maka dia akan melihatku di waktu terjaga, dan syaithan tak bisa menyerupaiku ” (HR. Bukhari no: 6993)
 
Masihkah kaum Sufahaa ul Ahlaam (wahhabi-salafi) memungkiri kisah di atas dan mengatakan imam Qurthubi telah berdusta ??? sungguh mereka tidak menyadari telah mendustakan hadits Nabi shallahu 'alaihi wa sallam tersebut, naudzu billahi min dzaalik…
 
 
Ibnu Abdillah Al-Katibiy
Kota Santri, 13-05-2013

Wednesday, December 12, 2012

Penjelasan Gamblang Mengenai Mungkinnya Melihat Nabi Shollalllaahu ‘Alaihi Wa Sallam Secara Sadar

Sumber: http://jundumuhammad.net/2012/08/01/penjelasan-gamblang-mengenai-mungkinnya-melihat-nabi-shollalllaahu-alaihi-wa-sallam-secara-sadar/

Bismillah ar-Rahmaan ar-Rahiim.
Dijelaskan di dalam kitab al-Haawi li al-Fatawi karangan imam Jalaluddin as-Suyuthi mengenai permasalahan mungkinkah seseorang dapat melihat Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam secara sadar. Berikut ini kajiannya (Lihat http://maktabah.jundumuhammad.net/read.php?vcid=5&vbid=31&vtocid=619 baris ke-sepuluh dari atas):
Tanwir al-Halak fi Imkaan Ru’yah an-Nabi (Shollallaahu ‘alaihi wa sallam) wal malak
Bismillahirrahmaanirrahiim
Segala puji bagi Allah Ta’aala, dan Salaam atas hamba-Nya yang terpilih (Sayyidinaa Muhammad Shollallaahu ‘alaihi Wa Sallam). Wa Ba’du.
Sungguh banyak pertanyaan mengenai perkara melihat Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam di alam sadar bagi orang-orang tertentu yang memiliki ahwal. Banyak orang di zaman ini yang kurang ilmu justru berlebih-lebihan di dalam mengingkari akan perkara itu, bahkan merasa heran dan menyangka bahwa hal itu mustahil terjadi. Oleh sebab itu, saya menulis karangan ini dan menamainya “Tanwirul Halak fi Imkani Ru’yatin Nabiyyi wal Malak”. Dan saya hanya berpegang pada hadits-hadits shohih saja.
Imam al-Bukhari, Muslim dan Abu Daud meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa melihatku dalam tidur, maka ia akan melihatku ketika terjaga, dan setan tidak bisa menyerupaiku.”
Para Ulama ada berbeda pendapat mengenai maksud sabda Beliau “Maka ia akan melihatku ketika terjaga”. Sebagian ulama berpendapat bahwa maksudnya adalah “Ia akan melihatku pada hari kiamat nanti”. Namun, pendapat ini dikritik, karena kalau demikian maka tidak ada gunanya pengkhususan bagi orang yang melihatnya di alam tidur, karena seluruh umatnya akan melihatnya pada hari kiamat kelak, baik yang pernah melihat sebelumnya ataupun yang tidak.
Ada pula ulama yang berpendapat bahwa maksudnya adalah orang yang beriman kepadanya dan belum pernah melihatnya karena saat itu ia sedang tidak hadir bersamanya, maka hadits ini menjadi kabar gembira baginya, yakni ia akan melihatnya di alam sadar sebelum mati.
Sebagian ulama yang lain mengartikannya secara dzahir, yakni barangsiapa melihatnya di alam tidur, maka ia pasti akan melihatnya di alam sadar dengan kedua mata kepalanya. Ada juga yang menafsirkan dengan mata hatinya sebagaimana yang dikatakan al-Qadhi Abu Bakr ibn Al-Arabi.
Berkata Abu Muhammad bin Abi Jamrah di dalam catatannya terhadap hadits-hadits yang ia pilih dari Shahih Bukhari: “Hadits ini menunjukkan bahwa barangsiapa melihat Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpi, maka ia akan melihatnya di alam sadar. Apakah ini dipahami secara umum yaitu sebelum dan sesudah wafatnya, ataukah secara khusus sebelum wafatnya saja? Apakah itu juga mencakup semua orang yang melihatnya sacara mutlak ataukah khusus bagi yang memiliki ahliah (kapabilitas) dan ittiba’ (pelaksanaan) terhadap sunnah-sunnahnya saja?
Teks hadits itu memberikan pengertian umum, maka barangsiapa mengklaim kekhususan tanpa adanya indikasi pengkhususan, maka ia telah melanggar. Sebagian orang ada yang tidak mempercayai keumuman teks hadits itu. Ia mengatakan – sesuai dengan kadar akalnya, “Bagaimana mungkin orang yang sudah meninggal dapat dilihat orang yang masih hidup di alam nyata?”
Sebenarnya, ucapan ini mengandung dua konsekuensi berbahaya. Pertama, tidak percaya terhadap sabda Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam sedangkan Beliau tidak pernah berkata-kata dari hawa nafsunya sendiri. Kedua, tidak mengetahui kemampuan Sang Pencipta dan mukjizat-Nya, seakan-akan ia belum mendengar ayat dalam surat Al-Baqarah yang berbunyi, “Pukullah ia dengan sebagiannya. Demikianlah Allah menghidupkan yang sudah mati.” Begitu juga dengan kisah Ibrahim bersama burung yang terbagi menjadi empat dan juga kisah Aziz. Allah yang telah menghidupkan semua itu mampu menjadikan mimpi melihat Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam sebagai penyebab melihatnya di alam nyata. Menurut riwayat dari sebagian sahabat -sepertinya Ibnu Abbas, bahwa ia melihat Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpi, lalu ia teringat hadits ini dan selalu memikirkannya lalu ia pergi menemui sebagian istri Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam- sepertinya Maimunah, lalu menceritakan mimpinya padanya. Lalu Maimunah berdiri mengambil cermin Nabi dan memberikannya kepada Ibnu Abbas. Lalu Ibnu Abbas berkata, “Aku melihat bayangan Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam dalam cermin itu, bukan bayanganku.”
Menurut riwayat dari sebagian salaf dan khalaf juga demikian, mereka melihat Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpi seraya membenarkan hadits ini, lalu mereka pun melihatnya di alam nyata. Mereka menanyakan berbagai persoalan yang mereka bingung menyikapinya, lalu Nabi pun memberitahu solusinya.
Orang yang mengingkari semua ini ada dua kemungkinan, ia termasuk orang yang percaya terhadap karomah wali atau termasuk orang yang tidak percaya terhadapnya. Kalau ia termasuk orang yang tidak percaya terhadap karomah wali, maka selesai masalah, tidak perlu dibahas, karena ia mengingkari sesuatu yang telah ditetapkan oleh sunnah dengan bukti-bukti yang jelas. Jika ia termasuk orang yang percaya terhadap karomah wali, maka ini adalah salah satunya, karena para wali sering ditampakkan melalui kejadian luar biasa pada dua alam, atas dan bawah. Maka, tidak selayaknya mengingkari hal semacam ini selama ia percaya terhadap karomah wali. Selesai perkataan Ibnu Abi Jamrah.
Wallaahu a’lam.

Pengertian Yaqazah

Sumber: http://groups.yahoo.com/group/alFikrah/message/3465

Dipetik dari
http://forum.cari.com.my/viewthread.php?tid=129049&highlight=&page=3

Mari kita sama2 kongsi ilmu ok…
1. Yaqazah ialah bahasa Arab yg bermaksud jaga dan Yaqazah Wa Musyafahah iaitu
jaga dan berbual.

Persoalannya sekarang ialah bolehkah beryaqazah dgn Roh Rasulullah kerana
baginda sudah wafat ribuan tahun lamanya.

Lihat beberapa dalil Al-Quran dan hadis di bawah ini…

Dalam surah al-Baqarah ayat 154 Allah berfirman yg bermaksud..

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang2 yg gugur di jalan Allah (bahwa
mrk itu) mati, bahkan (sebenarnya) mrk itu hidup, ttp kamu tidak menyedarinya.”

Al-Quran itu dgn tegas menyatakan bahawa org2 yg mati (pada jalan Allah) itu
adalah hidup.

Apa pula kata hadis tentang perkara ini?

Dalam kitab Zarqoni, iaitu syarah kitab Mawahibulladuniyyah, Juz 5 muka surat
332 tertulis hadis yg diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi dr Anas bin Malik bahawa
Rasulullah saw bersabda: “ Adalah Nabi-Nabi itu hidup di dalam kubur mrk dan
sembahyang mereka itu.”

Lagi satu contoh..

Kitab Sahih Muslim, Juz 1 muka surat 389 menyebut begini:

Sahabat Zubair mengatakan bahawa Rasulullah saw sesudah menziarahi kubur dgn
sahabat2 baginda, telah mengajarkan para sahabat itu dgn ayat yg bermaksud:

“Salam atasmu hai penduduk (ahli) kampung Mukminin dan Muslimin dan kita Insya
Allah akan mengikuti kamu. Kami memohon afiat utk kami dan utk kamu.”

Bukankah ini doa lazim yg sudah menjadi amalan oleh kita semua ketika menziarahi
kubur hingga ke hari ini? Atau adakah selama ini kita hanya tahu baca saja tanpa
tahu maknanya? Atau pun lebih teruk lagi, ada yg tak pernah tahu pun selama ini
adanya doa bila nak ziarah kubur, main ikut2 orang saja bila ziarah kubur
terutama pada hari raya setahun sekali.

Dari hadis di atas fahamlah kita bahawa Rasulullah saw pernah bercakap2 dgn ahli
kubur. Mungkinkah Rasulullah saw bercakap2 dgn jasad yg sudah reput? Jadi
siapakah ahli kubur yg hidup itu? Yakni sesiapa sahaja dr kalangan para Nabi,
Solehin, Aulia’, Ulama dan seterusnya.



2. Lihat pula apa kata Imam Bukhari mengenai yaqazah ini…

Dalam kitab Hasyiah ‘Ala Mukhtasyor oleh Ibnu Abi Jumrah terdapat sebuah hadis
yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari pada muka surat 205-206 yg bermaksud:

“Barangsiapa melihatku (Rasulullah saw) di dalam mimpi maka ia akan melihatku di
dalam keadaan jaga (yaqazah). Dan syaitan tidak boleh merupa dgn rupaku.”

Jadi apakah yaqazah dlm hadis ini merupakan suatu pembohongan besar oleh Imam
betaraf Mujtahid ini?

Begitu juga dgn Syeikh Jalaluddin As Sayuti atau lebih dikenali sebagai Imam
Sayuti rahimahullahutaala yg merupakan bukan shj seorang Mujtahid Mutlak tapi
juga seorang Mujadid (pembaharu urusan agama atau “reformer”) kurun ke 9 yg
membuat pengakuan bahwa beliau bertemu secara jaga (Yaqazah Wa Musyafahah) dgn
Rasullah saw sebanyak 75 kali. Ini diriwayatkan dalam kitab Al Mizanul Kubra.

Sebagai seorang Mujadid, Allah hiaskan peribadi Imam Sayuti dgn kesufian yg
tinggi, begitu mendidik, memperbaiki amalan agama yg sudah rosak pada masa itu
hingga raja2 di zaman itu menjadi takut dan begitu segan dgn beliau. Ini
membuatkan raja2 yg merasakan diri mrk besar dan mulia mahu juga mendgr dan
menghormati ajaran2 Islam yg dikatakan oleh orang Tuhan ini. Kitab2 hasil
tulisan Imam Sayuti ada riwayat yg mengatakan mencecah sebanyak 600 buah. Islam
yg terpelihara hingga ke hari ini pun tidak dapat dinafikan bersumberkan dr Imam
Sayuti yg serba boleh ini.

3. Perhati pula kaitan Imam Muhammad bin Muhammad Abu Hamid Al Ghazali yg sgt
terkenal sebagai Imam Ghazali yg menulis kitab Ihya’ Ulumuddin yg agung hingga
sekarang dgn soal Yaqazah. Beliau lahir di Baghdad dan hidup ditgh2 perpecahan
umat di zamannya. Dari sinilah beliau bangkit sebagai Mujadid kurun ke 5.

Sebelum diberi ilham oleh Allah swt utk menulis kitab Ihya’ beliau beruzlah
tidak kurang dari 10 thn lamanya dgn melakukan ibadah, menghayati Al-Quran,
zikir serta membersihkan hati drpd sifat mazmumah. Di antara tpt yg beliau
sempat beruzlah ialah:

1. Di atas menara masjid Damsyik
2. Di atas Kubah Masjid Baitul Maqdis
3. Di Kubah Masjid Baitul Maqdis
4. Di Tanah Suci Mekah sambil menunaikan haji dan ziarah maqam Rasulullah saw
5. Di Baghdad {yakni di Negara sendiri utk terus beruzlah dan berkhalwat
(bersunyi diri dgn Tuhan)}

Selepas 10 tahun beruzlah itulah Imam Ghazali dpt kekuatan jiwa yg luar biasa.
Dlm ketika beruzlah itulah beliau berupaya menulis kitab agungnya itu di mana
Allah perlihatkan perkara2 yg pelik dan ghaib, spt melihat para malaikat dan Roh
Nabi2 secara jaga (yaqazah), serta ucapan2 mrk (utk dijadikan serba-sedikit
guide line).

Di dllm kitab Ihya’ Ulumuddin (bermaksud menghidupkan ilmu2 agama), inilah Imam
Ghazali mempersatukan semula 3 bahagian ilmu yg sudah tercaing-caing ketika itu
iaitu ilmu usuluddin (tauhid), feqah dan tasauf didlm bentuk teori dan
amalannya. Kitab inilah yg telah dibaca merata2 di seluruh dunia hingga ke hari
ini terutama di kalangan mazhab Shafie dan diakui oleh jumhur (kesepakatan)
ulama ul amilin. Di dalam kitab Ihya ini juga ada Imam Ghazali menceritakan
pertemuannya dgn Rasulullah secara yaqazah.

Sekarang lihat pula apa cerita dari Imam Syafie (Imam Mazhab yg muktabar)…

Imam As Sayuti dlm kitabnya yg bernama Sharhus Sudur (antara 600 buah kitab
tulisan beliau) ada menuliskan begini pada muka surat 206 :

“Imam Syafie bercerita…seorang penggali kubur diceritakan oleh orang yg
dipercayai, di dalam sebuah kubur beliau itu berjumpa orang atas katil sedang
membaca Al-Quran.

Seterusnya di muka surat 207 Imam Sayuti itu menulis : “Syeikh Abi Said
bercerita waktu beliau di Makkah terdapat mayat seorang pemuda di pintu Makkah.
Mayat itu senyum dan berkata. “Wahai Aba Said, bahawa para kekasih Allah itu
hidup walaupun mrk mati dan mrk berpindah dari satu negeri ke satu negeri. Maka
aku (Abi Said) bertanya, Wahai tuan, adakah hidup selepas mati? Jawab pemuda…Ya,
saya hidup dan setiap kekasih Allah adalah hidup. Sesungguhnya aku akan menolong
engkau dgn kedudukan aku esok.”

Dari kitab Al Mizan oleh Al’Ariful Shomadi Wal Kutuburrabbani Saiyidi Abdul
Wahab As Shaarani dalam Juz 1 muka surat 38 dan 39 dituliskan begini:

“Hukum2 yg mereka (Imam Mazhab yg empat) keluarkan adalah bersumberkan Al Quran,
Sunnah Nabi saw, perkataan para sahabat, Imam Mujtahid dan Kasyaf. Kasyaf itu
ialah bertemu secara langsung dgn Roh Rasulullah saw dan bertanya. “ Wahai
Rasulullah, adakah ini (Quran dan Hadis) dari engkau atau tidak?”

Pertemuan ini bukan dlm mimpi ttp adalah secara Yaqazah Wa Musyafahah iaitu jaga
dan berbual. Hasil dr perbualan dgn Roh Rasulullah yg suci ini barulah Imam2
mujtahid secara ‘finalnya’ akan menulis dlm kitab2 karangan mereka.

Ramai di kalangan ahli2 sufi yg telah berjumpa Roh Rasulullah saw secara jaga di
dunia ini. Di antara mrk ialah Asy Syeikh Abu Abbas Al Mursyi, Sayidi Ibrahim Al
Matbuli, dan Syeikh Al Barrowi. Itu yg tercatat atau yg diketahui tapi yg tidak
diketahui sebenarnya ramai, di mana hal ini lazim dan bukan luarbiasa bagi
pengamal2 tariqat yg haq dari dulu hingga sekarang hatta di alam Nusantara ini
sekalipun. Kalau kita kaji sejarah kedatangan Islam ke alam melayu, bukankah
ianya jelas dibawa oleh pendokong2 tariqat?

Sheikh Tantawi, Ali Jumuah Dan Yaqazah...

Sumber  http://muslim06.blogspot.com/2010/03/sheikh-tantawi-ali-jumuah-dan-yaqazah.html




pada 10 haribulan lepas dunia islam dikejutkan dengan kematian sheikh al azhar, sheikh muhammad sayyid tantawi. walaupun banyak kotroversi sepanjang kedudukannya sebagai canselor universiti tertua dunia dan sebelumnya sebagai mufti besar negara mesir, tetapi kita sebagai seorang muslim wajib mengambil sikap sepertimana yang ditunjukkan oleh al quran.(surah al hasyr ayat 10). 

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

"dan orang-orang (Islam) Yang datang kemudian daripada mereka (berdoa dengan) berkata:Wahai Tuhan kami! ampunkanlah dosa Kami dan dosa saudara-saudara Kami Yang mendahului Kami Dalam iman, dan janganlah Engkau jadikan Dalam hati perasaan hasad dengki dan dendam terhadap orang-orang Yang beriman. Wahai Tuhan kami! Sesungguhnya Engkau amat melimpah belas kasihan dan RahmatMu".

jika ada yang cuba mengungkit kepribadiannya dengan mengecam tindakan dan fatwanya semasa beliau hidup, katakanlah:

تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ وَلَا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"mereka itu adalah satu umat Yang telah lalu sejarahnya; bagi mereka (balasan) apa Yang mereka telah usahakan, dan bagi kamu pula (balasan) apa Yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan ditanya (atau dipertanggungjawabkan) tentang apa Yang telah mereka lakukan".(al baqarah: 134)

siapa penggantinya?
sudah beberapa kali saya ditanya mengenai kerusi al imam al akbar yang kosong dengan pemergian sheikh al tantawi. dan sudah beberapa kali saya menjawab, kemungkinan mufti besar mesir sekarang, sheikh ali jumaah atau reaktor al azhar kini, dr ahmad tayyib. namun, mufti sheikh ali jumaah lebih besar peluangnya. reputasinya cemerlang. beliau tidak banyak berkonfrontasi dengan kerajaan.

dalam hati ini, ada sedikit cetusan agar jawatan itu tidak diberikan kepada sheikh ali. kerusi sheikh al azhar walaupun gah di mata dunia, tapi ia kerusi fitnah dan ujian. tidak ramai yang berjaya keluar darinya dengan selamat, kecuali mereka yang betul-betul tegap dan kuat dengan iman dan takwa. apatahlagi jika melihat kerajaan yang menguasai mesir sekarang. sheikh ali jumaah adalah guru saya sebelum menjadi mufti lagi. mungkin kerana itu, saya tidak ingin melihatnya dikerumuni dan dihujani fitnah dan ujian, walaupun saya tahu lagi besar kedudukan seseorang disisi Allah, sebesar itu ujian yang datang.

jika telah tersurat bahawa sheikh ali adalah pengisinya, saya berdoa dan berharap agar Allah menetapkan kakinya dalam keimanan dan ketakwaan kepada Allah s.w.t.

sheikh ali jumaah
semalam apabila dikatakan bahawa sheikh ali adalah calon sheikh al azhar seterusnya, ada seorang sahabat saya mencelah. "sheikh ali jumaah masalah jugak! dulu dia kata dia lihat nabi yaqazah!" saya terkejut beruk mendengar. nasib baik saya bukannya jenis bercakap tanpa muka. biarlah, mungkin dia tidak tahu. kata pepatah arab, الانسان عدو ما جهل.

jika dia hanya berkata, sheikh ali masalah jugak, saya taklah ambil hati sangat. saya kenal sheikh ali lebih darinya. sememangnya beliau seorang yang banyak menongkah arus dalam berpandangan. tapi tidaklah sampai melawan ijmak. beberapa pandangan beliau berupa pentarjihan pendapat ulama yang terpencil. antaranya masalah bersalaman dengan wanita, faedah bank dll. begitu juga dengan beberapa fatwanya dalam masalah semasa yang menimbulkan kontroversi, seperti pemain bola harus berbuka puasa ramadan.

fatwa-fatwa semasa sebegini jika dilihat pada sudut yang sepenuhnya, ada kewajarannya. tapi yang tersebar di dada akhbar hanya sepotong tajuk yang menimbulkan seribu satu persoalan. akhirnya, ramai penentang bercakap bukan pada tempatnya dan bukan pada fatwa yang dikeluarkan. laman web dar al ifat' banyak kali mengeluarkan kenyataan berupa penafian terhadap beberapa laporan akhbar yang dianggap tidak tepat dan tidak telus. pembaca boleh melihatnya sendiri permainan akhbar. keadaannya sama dengan akhbar nasional malaysia terhadap kenyataan ahli politik pembangkang.

namun saya tidak nafikan ada yang menentang dengan pengetahuan yang secukupnya tentang masalah. bahkan ada yang menyebelahi kebenaran. dan juga saya tidak ingin bertindak menyucikan beliau dari sebarang kesalahan dan kesilapan. beliau sepertimana yang saya sebutkan sebelumnya, banyak menongkah arus dan menimbulkan kontroversi. tapi itu bukanlah sebab untuk tidak menghormati seorang ulama. imam zahabi ada berpesan, bukanlah syarat seorang tokoh besar untuk tidak melakukan sebarang kesalahan.

melihat nabi secara sedar
tapi masalah melihat nabi secara sedar yang digunakan untuk mentajrih seseorang adalah perbuatan tidak beretika. perbuatan yang tidak bersandarkan ilmu pengetahuan. hanya ikut-ikut. ia sebenarnya bermula dari masalah khilafiyah dan berakhir dengan perbalahan antara wahabiyah dan asya'irah. para pemuka wahabi bermati-matian menolak masalah ini tanpa melihat pendapat ulama yang sedia wujud. ia seumpama masalah tawassul dan baca al quran kepada si mati.

masalah melihat nabi secara sedar diharuskan oleh ramai ulama. disini saya sertakan nama-nama mereka dengan tulisannya sekali jika mampu, insyaAllah.

1. al hafiz sayuti. beliau telah menulis risalah khusus tentang melihat nabi secara sedar. nama kitabnyanya, تنوير الحلك فى إمكان رؤية النبى والملك. risalah ini bermula sebagaimanana berikut tanpa terjamahan dari saya:

فقد كثر السؤال عن رؤية أرباب الأحوال للنبي صلى الله عليه وسلم في اليقظة وإن طائفة من أهل العصر ممن لا قدم لهم في العلم بالغوا في إنكار ذلك والتعجب منه وادعوا أنه مستحيل فألفت هذه الكراسة في ذلك وسميتها (تنوير الحلك في إمكان رؤية النبي والملك) ونبدأ بالحديث الصحيح الوارد في ذلك: أخرج البخاري ومسلم وأبو داود عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه (وسلم : ( من رآني في المنام فسيراني في اليقظة ولا يتمثل الشيطان بي 

2. imam ibnu al haaj al maliki. beliau menyebut dalam kitabnya al madkhal. (bab فَصْلٌ فِي ذِكْرِ بَعْضِ الْمُتَشَبِّهِينَ بِالْمَشَايِخِ وَأَهْلِ الْإِرَادَةِ)

وَهَذَا بَابٌ ضَيِّقٌ وَقَلَّ مَنْ يَقَعُ لَهُ ذَلِكَ الْأَمْرُ إلَّا مَنْ كَانَ عَلَى صِفَةٍ عَزِيزٍ وُجُودُهَا فِي هَذَا الزَّمَانِ ، بَلْ عَدِمَتْ غَالِبًا مَعَ أَنَّا لَا نُنْكِرُ مَنْ يَقَعُ لَهُ هَذَا مِنْ الْأَكَابِرِ الَّذِينَ حَفِظَهُمْ اللَّهُ - تَعَالَى - فِي ظَوَاهِرِهِمْ وَبَوَاطِنِهِمْ

3. al imam al muhaddith ibnu abi jamrah dalam kitabnyanya bahjah al nufus ketika syarah hadis, من رآني في المنام فسيراني في اليقظة . nukilan dari kitabnya panjang lebar. jadi saya tidak perturunkan disini. tulisannya paling lengkap dalam masalah

4. imam ibnu hajar al hathami dalam al fatawa al hadithiyyah. beliau telah menjawab soalan yang berkaitan dengan katanya:

نعم يمكن ذلك، فقد صرح بأن ذلك من كرامات الأولياء الغزالي والبارزي  والتاج السبكي والعفيف اليافعي من الشافعية والقرطبي وابن أبي جمرة من المالكي.

5. al muhaddith ibnu battal dalam syarah bukhari sepertimana di nukilkan oleh ibnu hajar. katanya:

قوله فسيراني في اليقظة يريد تصديـق تلك الرؤيا في اليقظة وصحتها وخروجها على الحق وليس المراد أنّه يراه في الأخرة لأنّه سيراه يوم القيامة في اليقظة فتراه جميع أمته من رآه في النوم ومن لم ير منهم

6. al muhaddith ibnu al tin dalam syarah al bukhari sepertimana dinukilkan oleh ibnu hajar. katanya:

فيكون بهذا مبشراً لكل من آمن به ولم يره أنّه لابدّ أن يراه في اليقظة قبل موته

7. al muhaddith imam al qurtubi dalam syarah muslimnya bertajuk al mufhim. yang menakjubkan, imam al qurtubi sendiri membuat 'akuan sumpah' bahawa beliau melihat nabi secara sedar!!. katanya:

قلتُ: وقد وقع لي هذا مرات . منها: أني لمَّا وصلتُ إلى تونس قاصداً إلى الحج سمعتُ أخباراً سيِّئة عن البلاد المصرية مِن جهة العدوِّ الذي غلب على دمياط فعزمتُ على المقام بتونس إلى أنْ ينجلي أمر العدو ، فأُريتُ في النوم كأني في مسجد النَّبي صلى الله عليه وسلم وأنا جالسٌ قريباً مِن منبره ، وأُناس يُسلِّمون على النبيِّ صلى الله عليه وسلم ، فجاءني بعض من سلَّم عليه ، فانتهرني وقال: قُمْ فسلِّمْ على النبي صلى الله عليه وسلم ، فقمتُ فشرعتُ في السلام على النبيِّ صلى الله عليه وسلم ، فاستيقظت ، وأنا أسلِّم عليه ، فجدَّد الله لي عزماً ويسَّر عليَّ فيما كان قد صعبَ مِن أسبابي ، وأزال عنِّي ما كنتُ أتخوَّفه مِن أمر العدو ، وسافرتُ إلى أنْ وصلت إلى الإسكندرية عن مدة مقدارها ثلاثون يوماً في كتف السلامة ، فوجدتها والديار المصرية على أشدّ خوفٍ ، وأعظم كربٍ ، والعدو قد استفحل أمره ، وعظمت شوكته ، فلم أُكمل في الإسكندرية عشرة أيامٍ حتَّى كسر الله العدو ، ومكَّن منه مِن غير صُنْع أحدٍ من المخلوقين ، بل: بلطف أكرم الأكرمين ، وأرحم الراحمين . ثمَّ: إنَّ الله تعالى كمَّل عليَّ إحسانه وإنعامه ؛ وأوصلني بعد حجِّ بيته إلى قبر نبيه ومسجده ، فرَأَيتـُـهُ وَاللـَّــــهِ فـي اليـقـظــة على النَّحو الذي رأيته في المنام مِن غير زيادة ولا نقصان

8. al imam al mufassir al alusi dalam tafsirnya, ruh al maaniy. katanya (tafsir al ahzab: 40);

وكذا لا يحسن مني أن أقول : إنهم إنما رأوا النبي صلى الله عليه وسلم مناماً فظنوا ذلك لخفة النوم وقلة وقته يقظة فقالوا : رأينا يقظة لما فيه من البعد ولعل في كلامهم ما يأباه ، وغاية ما أقول : إن تلك الرؤية من خوارق العادة كسائر كرامات الأولياء ومعجزات الأنبياء عليهم السلام

ini adalah ulama dahulu yang membenarkan masalah melihat nabi secara sedar. ini belum dicampur dengan nukilan mengenai ulama yang menyokong seperti dalam kata-kata ibnu hajar al haithami; imam al ghazali, imam al barizi, imam al subki, imam al yafi'e. ini juga belum digabung dengan pendapat ulama sufi yang hampir keseluruhannya membolehkan. ini belum kata ulama lain yang saya tidak tahu. 

adapun ulama kontemporari:

1. al muhaddith sheikh muhammad alawi al maliki dalam kitabnya al zakhair al muhammadiyah

2. sheikh sayyid sabiq juga mendakwa pernah melihat nabi secara sedar sebagaimana dinukilkan oleh sheikh ali jumuah dan sheikh taha rayyan. sumber di sini

3. sheikh dr. taha rayyan. sumbernya sepertimana diatas.

4. sheikh atiyyah saqar. fatwanya dinukilkan di sini

5. sheikh said ramadan al butiy. fatwanya di sini.

6. sheikh dr. ahmad mahmud zain. fatwanya di sini.

sekiranya hendak dibawa semua mereka yang membolehkannya, rasanya keterlaluan. sebilangan ulama yang dibentangkan disini sudah cukup kepada insan yang inginkan kebenaran. tak perlu banyak-banyak. saya pun bukannya tahu sangat.

di pihak pembangkang ada beberapa hujah mereka. setakat yang saya tahu, semuanya berdiri tanpa dalil yang kukuh. ada macam-macam. antaranya yang paling kuat; nabi sudah mati, kenapa sahabat tidak melihatnya terutama ketika fitnah?, hadis bukhari mengenainya banyak musykilnya dll. tetapi tiada satu pun dalil quran atau sunnah yang menidakkan melihat nabi secara sedar.

1. mengenai nabi sudah mati bagaimana nak melihatnya secara sedar. telah terbukti dalam hadis-hadis sahih bahawa nabi s.a.w telah melihat secara yaqazah para nabi-nabi dalam peristiwa isra' dan mi'raj. sedangkan para nabi-nabi tersebut telah meninggalkan dunia ini. ini membuktikan bahawa kematian tidak menghalang. kecualilah mereka mendakwa isra' dan mi'raj berlaku dalam mimpi. hadis ini juga membuktikan masalah melihat secara yaqazah adalah berlaku.

2. kenapa sahabat tidak melihatnya ketika fitnah membantu mereka?. imam alusi dalam tafsirnya telah menjawab persoalan ini. juga kita perlu ingat, tiada siapa yang mensyaratkan demikian. dalam masalah mimpi bertemu nabi yang disepakati oleh umat islam, tiada siapa yang mempersoalkan kenapa nabi tidak datang dalam mimpi menunjukkan jalan keluar dari fitnah yang dihadapi. kenapa dalam masalah ini syarat sedemikan timbul? saya tak paham...itu semua kehendak Allah. sekiranya Allah ingin membuka hijab melihat nabi samada secara mimpi atau sedar, Allah buka. jika Allah tidak berkehendak Allah tidak akan buka.

3. mengenai hadis bukhari من رآني في المنام فسيراني في اليقظة. memang lafaz tersebut mengandungi pelbagai makna sehingga hampir mencapai angka sepuluh. tetapi makna yang menyokong masalah ini juga terkandung sepertimana tafsiran setengah syarahannya. perbuatan mengeluarkan tafsiran ini tanpa sebab adalah salah. kata ulama usul; تخصيص الشئ بدون مخصص لا يجوز.

begitu juga musykil yang di bawa oleh ibnu hajar adalah berkaitan dengan hubungan antara kedua rangkapnya. ini difahami dengan sebab yang di bawa oleh ibnu hajar; "bahawa banyak ahli solah yang bermimpi bertemu nabi tapi tidak mengatakan bahawa mereka bertemu pula secara sedar. sedangkan hadis nabi tidak akan salah". musykil ini tidak bermakna melihat secara sedar tidak wujud sama sekali.

jika zaid berkata; apabila saya masuk rumah saya akan melihat kereta. dan kenyataan zaid itu bohong semata-mata. adakah kita akan berkata bahawa zaid tidak pernah melihat kereta? atau zaid tidak melihat kereta apabila masuk rumahnya?. begitulah maksud musykil ibnu hajar. kemusykilan bukan pada melihat nabi secara sedar semata-mata, akan tetapi pada syarat bahawa seseorang yang melihat dalam mimpi akan melihatnya dalam sedar. pun begitu, musykil ini telah dijawab oleh ulama. tidak bagitahu bukan bererti tiada. ramai yang menyatakan bahawa si fulan itu paling tidak akan melihatnya ketika nazak untuk membenarkan hadis nabi tersebut.

mengenai melihat sesuatu secara yaqazah, imam ibnu taimiyah sendiri mengakui bahawa ia karamah para auliya. katanya (j 11 ms 313);

فَمَا كَانَ مِنْ الْخَوَارِقِ مِنْ " بَابِ الْعِلْمِ " فَتَارَةً بِأَنْ يُسْمِعَ الْعَبْدَ مَا لَا يَسْمَعُهُ غَيْرُهُ . وَتَارَةً بِأَنْ يَرَى مَا لَا يَرَاهُ غَيْرُهُ يَقَظَةً وَمَنَامًا  

jadi kenapa terjadinya pengkhususan bahawa ia bukan untuk nabi s.a.w tanpa dalil?!

seperkara lagi imam al syatibi berkata dalam kitabnya al muwafaqat;

ومن الفوائد في هذا الأصل أن ينظر إلى كل خارقة صدرت على يدي أحد، فإن كان لها أصل في كرامات الرسول عليه الصلاة والسلام ومعجزاته فهي صحيحة، وان لم يكن لها أصل فغير صحيحة

begitu juga dengan imam al mula ali al qari dalam syarah al fiqhul akbar;

إن أبا حنيفة رضي الله عنه كان يقول : إن كل ما كان معجزة للنبي جاز أن يكون كرامة لولي بشرط عدم التحدي

hadis sahih telah membuktikan bahawa antara mukjizat nabi s.a w ialah bertemu dengan para nabi secara sedar sepertimana dalam isra' mi'raj. jesteru, melihat secara yaqazah harus menjadi karamat kepada auliya.

secara naqli dan aqli, masalah melihat nabi s.a.w secara sedar berada dalam lingkungan harus. mereka yang ingin menidakkannya sepatutnya membawa dalil pengharamannya. bukannya andaian dan kesimpulan yang tidak tahu hujung pangkalnya.

bertitik dari sini, saya beranggapan bahawa manusia yang menggunakan masalah ini sebagai medium mentajrihkan orang lain terutama para ulama, samada salah satu dari tiga jenis. manusia yang 'lidah tidak bertulang', yang bercakap tidak tentu hala. atau wahabi yang mentajrihkan orang lain yang tidak sependapat dengannya. atau si jahil yang cuba memberi pandangan. sahabat saya itu entahlah dari pihak mana.

nota penting
fatwa sheikh al butiy yang dicanang setengah orang untuk menyerang sheikh ali, "bahawa insan yang mendakwa demikian dikhalayak ramai adalah bohong dan patut dita'zir", adalah pandangannya. dan tidak semestinya wajib kepada semua orang lebih-lebih lagi mereka yang bertaraf ulama. tambahan lagi, sheikh al butiy tidak mengingkari kewujudan karamah seperti itu. cuma al sheikh hendak mengelak dari fitnah yang mungkin timbul. tapi perlu diingat, pengisytiharan sheikh ali jumaah dikhalayak, dan sebelumnya sheikh sayyid sabiq, imam al qurtubiy al muhaddith dalam kitabnya ditulis untuk umum, dan begitu juga ulama lain seperti sheikh abdul qadir al jaylani; juga boleh dianggap sebagai pandangan yang berbeza dengan sheikh al butiy. pandangan yang dikeluarkan dalam bentuk amalan.

semoga tulisan ini dapat melangsaikan hutang yang sepatutnya saya selesaikan dalam perbualan beberapa hari lalu, sebagai tanggungjawab dan tugas seorang murid kepada gurunya. paling tidak tanggungjawab seorang muslim kepada saudara seislamnya yang dizalimi.

wallahu a'lam bissawab...

Ilmu Laduni


ILMU LADUNI
(Bagian kedua )
Drs. H. Engkir Sukirman, M.Sc.
Batan Indah D-18, Kademangan, Setu, Tangerang-Selatan , Banten
PERTAMA: Hujah Naqli (nas)
a. Hujah Al Quran
Dalam Al Quran ada dalil yang kuat sebagai bukti kewujudan ilmu ini. Hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah niscaya Allah akan ajari kamu (Al Baqarah: 282).
Dalam ayat ini jelas Allah menyebutkan bahwa bagi orang-orang bertaqwa yang bersih dari sifat-sifat mazmumah, Allah akan beri ilmu secara wahbiah, tanpa usaha ikhtiar, tanpa belajar atau berguru.

b. Hujah Hadits
Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang beramal dengan ilmu yang dia tahu, Allah akan pusakakan padanya ilmu yang dia tidak tahu (Dikeluarkan oleh Abu Nuaim).

Inilah buktinya. Artinya ilmu yang telah ada itu akan bertambah bila diamalkan. Yakni ia akan dapat ilmu baru hasil mempraktekkan ilmu itu. Proses ini juga berlaku secara wahbiah. Ilmu laduni atau ilmu ilham disampaikan oleh Allah melalui tiga cara:
1). Ilmu itu Allah jatuhkan langsung ke dalam hati.
2) Adakalanya Allah tayangkan ilmu itu yang boleh dilihat seolah-olah melihat layar TV. Sedangkan orang lain yang ada bersama-sama dengannya ketika itu tidak dapat melihatnya.
3) Atau mungkin mendengar suara yang membisikkan ke telinganya tetapi tidak nampak rupa makhluknya. Inilah yang dikatakan hatif. Mungkin suara ini suara malaikat, jin yang soleh atau wali-wali Allah.

KEDUA: Bukti Sejarah
Banyak kitab terdahulu yang menceritakan bagaimana pengalaman salafussoleh, ulama-ulama besar dan pengarang-pengarang kitab yang mendapat ilmu-ilmu laduni ini. Ada kitab-kitab karangan ulama muktabar (ulama besar) yang menunjukkan pengarangnya mendapat ilmu laduni. Di antara ulama yang memperoleh ilmu laduni atau ilmu ilham ini di samping ilmu melalui usaha ikhtiar ialah imam-imam mazhab yang empat (Imam Malik, Imam Syafii, Imam Hambali, Imam Hanafi), ulama-ulama Hadits seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, ulama-ulama tasawuf seperti Imam Al Ghazali, Imam Nawawi, Imam Sayuti, Syeikh Abdul Kadir Jailani, Junaid Al Baghdadi, Hassan Al Basri, Yazid Bustami, Ibnu Arabi dan lain-lain.

1). Imam Al Ghazali
Umurnya pendek saja yakni sekitar 54 tahun. Beliau mulai mengarang (menyusun) kitab-kitab segera setelah selesai bersuluk di kubah Masjid Umawi di Syam (Syria). Umurnya waktu itu sekitar 40 tahun. Artinya waktu yang digunakan dalam hidupnya untuk menyusun buku sekitar 14 tahun. Dalam waktu yang relatif pendek ini dia dapat mengarang 300 buah kitab yang tebal-tebal, yang bermacam-macam jenis ilmu pengetahuan termasuk kitab yang paling masyhur yaitu Ihya Ulumuddin, kitab tasawuf (dua jilid yang tebal-tebal) dan Al Mustasyfa (ilmu usul fiqh yang agak susah difahami).

Coba anda fikirkan, mampukah manusia biasa seperti kita ini menulis sebanyak itu. Betapapun geniusnya otak seseorang itu, tidak mungkin dalam masa 14 tahun dapat menghasilkan 300 buah kitab-kitab tebal, kalau bukan karena dia dibantu dengan ilmu laduni yakni ilmu tanpa berfikir, yang langsung jatuh ke hati dan langsung ditulis. Dalam pengalaman kita, kalau ilmu itu hasil pengkajian atau olah fikir, seperti halnya pengkajian yang dilakukan oleh profesor-profesor sekarang, butuh waktu empat tahun untuk dapat membuat satu tesis di dalam sebuah buku. untuk menulis satu buku membutuhkan waktu empat tahun, maka dalam 14 tahun baru mendapat tiga buah buku saja (ingat ini bukan makalah). Terlalu jauh bedanya dengan Imam Ghazali yang mencapai 300 buah buku itu.

2). Imam Sayuti
Umurnya juga pendek, hanya 53 tahun. Beliau mulai mengarang sewaktu berumur 40 tahun dan dapat menghasilkan 600 buah kitab. Dalam masa hanya 13 tahun dapat menghasilkan sebegitu banyak kitab. Artinya dia dapat menyiapkan sebuah kitab setiap dua minggu. Kitabnya itu juga tebal-tebal dan pembahasannya berkualitas ilmiah yang tinggi dan bermacam-macam disiplin ilmu. Antara lain kitabnya yang terkenal adalah Al-Itqan fi Ulumil Quran, Al-Hawi lil Fatawa (dua jilid), Al-Jamius Soghir (mengandungi matan-matan Hadits), Al-Ashbah wan Nadzoir, Tafsir Jalalain, Al-Iklil dan lain-lain lagi.

Kalaulah beliau menulis atas dasar membaca atau berfikir semata-mata, tentulah tidak mungkin dalam masa 13 tahun dapat menulis 600 kitab atau tidak mungkin dalam masa hanya dua minggu dapat mengarang sebuah kitab. Inilah ilmu laduni. Tidak heranlah hal ini dapat terjadi karena dalam kitab Al Tabaqatul Kubra karangan Imam Sya’rani di sana diceriterakan bahwa Imam Sayuti dapat yaqazah dengan Rasulullah sebanyak 75 kali dan dia sempat bertanya tentang ilmu dengan Rasulullah.

3). Imam Nawawi
Beliau adalah salah seorang diantara ulama yang meninggal sewaktu berusia muda, yaitu 30 tahun. Beliau tidak sempat menikah tetapi banyak mewariskan kitab-kitab karangannya. Di antara yang terkenal ialah Al-Majmuk yakni kitab fikih. Kalau ditimbang berat kitab itu lebih kurang 3 kilogram, yakni kitab fikih yang sangat tebal. Selain itu termasuklah kitab Riadhus Solihin, Al Azkar dan lain-lain lagi.

Untuk mengarang kitab Al-Majmuk saja kalau ikut kaedah biasa yakni atas dasar kekuatan otak, tidak mungkin dapat disiapkan dalam masa dua atau tiga tahun. Mungkin memakan waktu 10 tahun. Ini berarti dia mulai mengarang ketika berumur 20 tahun. Biasanya di umur ini orang masih belajar. Tetapi di usia semuda itu Imam Nawawi mampu mengarang bukan saja Al-Majmuk, tetapi juga mengarang kitab-kitab besar yang lain. Ini luar biasa!. Biasanya orang jadi pengarang kitab di penghujung usianya. Ini membuktikan selain dari cara belajar, ada ilmu yang Allah pusakakan tanpa belajar, tanpa usaha ikhtiar dan tanpa berguru. Itulah dia ilmu laduni atau ilmu ilham.

Sesudah kita mengkaji kemampuan ulama-ulama terdahulu, kita lihat pula ulama-ulama sekarang ini dan coba kita bandingkan. Berapa banyakkah buku-buku atau kitab yang telah ditulis oleh mereka sekalipun mereka telah memperoleh gelar Ph.D?. Oleh karena itu, jika ulama-ulama dulu mampu menulis kitab-kitab yang banyak dan tebal-tebal dalam masa yang singkat, tentulah hal ini adalah bantuan Allah yang luar biasa melalui ilmu laduni atau ilmu ilham yang bersifat wahbi di samping ilmu kasbinya.

Nampaknya sekarang ini sudah tidak ada lagi ulama yang memperoleh ilmu laduni. Ini karena kita semua sudah bersalut dengan cinta dunia dan berkarat dengan sifat-sifat mazmumah. Lihatlah zaman sekarang ini, susah untuk kita dapati ulama yang mengarang buku atau kitab. Mereka tidak mampu mengarang karena kekeringan minda (buah fikiran), sibuk dengan dunia, di samping perlu menggunakan otak, berfikir, membaca, banyak mentelaah dan mesti banyak referensi yang tentunya memakan waktu yang lama. Ini semua membosankan dan meletihkan, banyak ambil waktu serta tidak cukup waktu. Mereka tidak dapat pula ilmu melalui saluran ilham. Maka inilah rahasia kenapa ulama sekarang tidak menulis atau kurang menulis.

4. FIRASAT
Firasat ialah perasaan atau gerakan hati yang benar atau tepat karena mendapat pimpinan dari Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW: Takutlah olehmu firasat orang mukmin karena ia memandang dengan cahaya Allah (Hadits Riwayat At Tarmizi). Jika hati kotor, syaitanlah yang mengisinya yakni dengan was-was, jahat sangka, keraguan dan lain-lain lagi.

5. KASYAF
Apa itu kasyaf?. Kasyaf artinya menyingkap tabir-tabir yang menjadi penghalang atau yang jadi hijab pada mata batin untuk melihat alam ghaib atau rohaniah itu. Allah singkapkan, Allah buka dan perlihatkan alam ghaib tersebut. Tabir-tabir penghalang itu adalah sifat-sifat mazmumah. Apabila tabir-tabir mazmumah itu sudah terangkat, maka hatinya jadi awas dan terang-benderang, putih bersih. Sehingga mata hati mampu melihat makhluk-makhluk Allah yang pelik-pelik di alam yang bukan alam benda atau material itu seperti melihat alam jin, alam malakut dan alam Barzakh. Juga dapat melihat sifat batin manusia yakni kalau seseorang itu berperangai seperti kuda, maka dilihatnya rupa orang itu seperti kuda. Kalau berperangai anjing, orang itu berupa anjing. Allah perlihatkan hakikat orang itu .
Wallahu a’lam ....

Kepercayaan Yaqazah Dalam Tareqat

Sumber: http://qaasasaqidahtauhid.blogspot.com/2008/12/kepercayaan-yaqazah-dalam-tareqat.html

Kepercayaan Yaqazah Dalam Tareqat

Assalamualaikum Wmt Wkt Ahli Panel,

Apa pandangan Islam terhadap konsep Yaqazah yang dipegang oleh pengikut tarikat-ada yang mendakwa ulama terkenal seperti As-Sayuti menyokong pegangan ini? Wassalam

------------
Jawab:

Yaqadzah ini maksudnya jaga, yakni lawan pada 'tidur'. Maksudnya menurut ilmu tariqat ialah si fulan yg menemui orang yg sudah mati secara jaga.

Maksud asSyuyuti menyokong ini bukan makna menyokong ajaran tariqat itu, tapi menyokong kemungkinan seseorang boleh menemui Nabi saw dalam keadaan yaqadzah (jaga) bukan mimpi tapi bukannya menerima aurad atau ajaran tambahan dalam agama. Tariqat selalunya mendakwa Mursyidnya menemui Nabi dalam keadaan jaga dan menerima aurad (kumpulan wirid2) yg baru. Ada tariqat yg mencipta majlis Yaqadzah, di mana syaikh mereka yg sudah mati akan menjelma secara real untuk membersihkan dosa2 pengikutnya. Yaqadzah yg dianuti oleh ajaran tariqat begini adalah sesat.

Adapun mengikut Syuyuti dan sebahagian ulama' usyul membenarkan pertemuan dgn Nabi saw secara jaga tapi tidak boleh dihebohkan kepada orang lain dan tiada sebarang ajaran baru yg disampaikan melalui - pertemuan itu. Ia sebagai karamat dan ketinggian derjat seseorang di sisi Allah. Ia disimpan untuk dirinya sendiri sahaja bukan untuk diheboh2kan. (Syarah Usyul Asyrin pada membicarakan Usyul ke 3.) WaLlahu a'alam

Muhasabah: Hukum Bertemu Nabi Secara Yaqazah (Jaga)

sumber: http://ahrasis.com/index.php?topic=156.0

Hukum Bertemu Nabi Secara Yaqazah (Jaga)

Soalan:
Adakah harus dan boleh menerima zikir dan doa daripada Rasulullah SAW pada masa sekarang, waktu yang menerimanya itu jaga atau waktu tidur dalam mimpi?


Jawapan:
Hukumnya harus dan boleh.


Huraian Jawapan:
Berkata Syeikh Abdul Qadir bin Syeikh Abdullah bin Syeikh Al Idrus Baalawi yang hidup tahun 978 Hijrah dan mati tahun 1038 Hijrah dalam kitabnya An Nurus Safir ‘An Akhbaril Quranil ‘Asyir:

Adalah Imam Al Hafiz As Sayuti itu ada banyak karamah terbit daripadanya itu, kebanyakannya itu berlaku sesudah ia mati (dan matinya pada tahun 911 Hijrah).

Berkata Al ‘Alamah Syeikh Zakaria bin Syeikh Muhammad Al Mahalli As Syafie bahawa Imam As Sayuti itu telah ditimpa oleh sesuatu perkara yang besar pada suatu masa, maka saya minta daripadanya, menulis surat wasiat atau pesanan kepada sesetengah anak muridnya, melalui saya, maka Imam As sayuti enggan berbuat begitu dan Imam itu telah melihatkan kepada saya akan sehelai kertas yang ditulis dengan tangan Imam itu, bahawa: “Saya telah berhimpun dengan Nabi SAW waktu jaga banyak kali lebih dari 70 kali dan sabda Nabi SAW kepada saya, yang maksudnya:

“Bahawa siapa yang ada keadaannya begini, maka tiadalah ia berhajat pada pertolongan dan bantuan daripada sesiapa.”

Telah dihikayatkan daripada Imam As Sayuti telah berkata:

“Saya telah melihat dalam tidur saya, seolah-olah saya ada di hadapan majlis Nabi SAW, maka saya sebutkan sebuah kitab yang saya telah mula mengarangnya dalam perkara hadis dan sunat iaitu Jam’ul Jawaami’ , maka saya berkata kepada Nabi SAW: Hamba akan bacakan sedikit daripada isi kitab itu, maka sabda nabi SAW: Bawalah kepada saya, hai guru hadis (Ya Syeikhul Hadis).” Berkata Imam As Sayuti: “ Mimpi itu suatu khabar gembira kepada saya lebih besar dari dunia dan seluruhnya.”

Dari kitab Khususiyyatu Yaumil Jum’ah karangan Imam As Sayuti dicetak di Damsyik tahun 1386-1966 Hijrah.

Al Habib Syeikh Abdul Qadir Al Idrus itu juga ada mengarang kitab bernama Ta’riful Ahyai Bifadhailil Ahya’I Kitab “Ahya” karangan Imam Al Ghazali yang mati tahun 505 Hijrah yang terkenal itu dan kisah Imam As Sayuti itu ada disebutkan oleh Syeikh Najmuddin Al Ghazzi dalam kitabnya Al Kawakibus Saairah.

Adalah Al Habib Umar bin Abdul Rahman Al ‘Athas yang empunya ratib bernama “ Ratibul ‘Athas” yang terkenal di Malaysia dan rantau sebelah ini, yang mati pada atahun 1072 Hijrah dan ditanam di Huraidah Hadramaut (Selatan Tanah Arab) , ada berlaku di tangannya beberapa perkara yang ganjil dan pelik atau karamah setengah dari perkara-perkara itu:

1. Apabila Al Habib Umar itu pergi ziarah kubur bapanya Sayyid Abdul Rahman , ia berkata pada kubur bapanya dan ia mengkhabarkan segala perkara dengan penglihatan dan nampak dengan matanya.

2. Kerabatnya berkata sedang kami duduk di rumah kami dan di sisi kami Al Habib Umar Al ‘Athas, maka tiba-tiba ia memerah akan lengan bajunya dengan air bertitik, maka kami bertanya, “Ya Sayyidi, apa air ini?” Ia menjawab, “ Bahawa suatu kumpulan orang kekasih kami, telah rosak perahu mereka di dalam laut Syam (Tanah Hajaz), dan mereka minta tolong daripada kami maka kami datang membantu mereka, mereka dilepaskan oleh Tuhan mereka dari bencana alam, dan basah ini dari air laut itu.”

3. Apabila Habib itu beribadah kepada Tuhannya dengan seorang diri jauh daripada manusia maka Nabi SAW datang kepadanya hal keadaannya nyata dan Nabi SAW menyuruh akan dia mengajak manusia kepada jalan Allah Taala, dan menunjuk dan mengajar mereka. Mengapa saya tiada melihat akan keadaan Rasulullah SAW itu dengan nyata, kerana jikalau terdinding daripada saya oleh Nabi SAW sekejap sahaja, nescaya tiada saya bilangkan diri saya daripada kalangan orang Mukmin, dan mengapa terdinding Nabi SAW daripada saya padahal baginda SAW itu ain wujud saya.

4. Seorang lelaki meminang akan seorang perempuan berkahwin dengannya, maka bapa perempuan dan saudaranya enggan menerimanya, maka ia marah dengan hal yang beraku itu dan ia kembali ke rumahnya dan ia berazam akan membunuh mereka, apabila malam gelap ia menyandang senjatanya dan keluar menuju kepada bapa dan saudara perempuan itu, di antara ia berjalan-jalan tiba-tiba ia merasa seorang yang memegang tangannya seperti harimau yang ganas dan ia berpaling, tiba-tiba ia melihat Habib Umar Al ‘Athas, maka ia tercengang gementar dan Al habib itu berkata, “ Ke mana engkau hendak pergi?” Ia berkata, “Saya ada mempunyai suatu hajat.” Katanya, “ Engkau tiada mempunyai suatu hajat, tetapi engkau keluar ini kerana berbuat begini, begini. Hendaklah engakau kembali ke rumah engkau.” Dan Al Habib itu melepaskan tangannya dan laki-laki itu pun kembali ke rumahnya. Tiada beberapa hari datang bapa perempuan dan saudaranya mengambil hatinya dan menerangkan sebab-sebab penolakan pinangan itu dan meminta maaf. Dan keduanya berkata, “Perempuan itu bagi engkau. Demi Allah kami tiada mengahwinkannya selain daripada engkau.” Kemudian laki-laki itu berkahwin dengan perempuan itu, dan mendapat anak-anak sepertimana khabar gembira yang terbit daripada Al Habib Umar Al ‘Athas itu.

Ini kita petik dari Fathu Rabbin Nas huraian Ratib Habib Umar bin Abdul Rahman Al ‘Athas, telah dihimpunkan oleh Maulana Al ‘Arif Sayyid Hussin bin Almarhum Al ‘Alamah Sayyid Abdullah bin Muhammad bin Muhsin bin Hussin Al ‘Athas dalam bahasa Melayu pada tahun 1342 Hijrah.

Dihikayatkan oleh Abu Abdullah Al Qastalani bahawa ia melihat Nabi SAW dalam tidur dan ia mengadukan kepada Nabi akan sengsara hidup dan fakirnya dan papanya. Maka Nabi SAW mengajarkan dia akan suatu doa.

Dari kitab Al Wasaailu Syafi’ah oleh Imam Muhaddis Sayyid Muhammad Bin Ali Khidr yang mati tahun 960 Hijrah, dan Sayyid itu mengulas doa yang di atas ini.

Ketahui olehmu barangsiapa yang menyebut akan “ Asmaul Husna” yang di atas ini, dan dia berperangai dengan perangai kalangan orang-orang yang terpilih daripada hamba Allah, dan beradab dengan adab wali-wali Allah, maka Allah Taala akan hidupkan roh “Asmaul Husna” akan hati orang itu. Dan Allah akan terangkan akan hatinya dengan cahaya hakikat “Asmaul Husna” itu. Dan ia tiada memohon sesuatu daripada Allah melainkan Allah berikan apa yang ia mohon.

Adalah Habib Al Arifbillah Ahmad bin Hussin bin Abdullah Al ‘Athas, datuk kepada Al Habib Sayyid Muhammad bin Salim bin Ahmad Hussin Al ‘Athas dan Al Habib Sayyid Muhammad bin Salim rh. Itu pengelola masjid Ba’alawi di Bukit Timah di Singapura. Dan Al ‘Alamah datuk Habib Sayyid ‘Alawi bin Thahir Haddad Al Haddar, muftikerajaan Johor yang trdahulu itu adalah anak murid kepada Habib Al Arif Ahmad bin Hussin Al ‘Athas.

Berkata habbib Sayyid ‘Alawi bin Thahir Al Haddad dalam kitabnya ‘Uqudul Almaasi Bimanaaqibi Syaikhil Thoriqah Wa Imaamil Haqiiqah, Al Arifbillah Habib Ammad bin Hussin Al ‘Athas: Kata Syeikh Muhamad bin ‘Audh bin Muhammad Bafadhlu dalam kitab Manaaqibil ‘Arifbillah Al Habib Ahmad bin Hussin Al ‘Athas bagaimana disebutkan oleh Imam Habib Al ‘Idrus bin Umar Al habsyi bahawa Al Habib Al Arif Ahmad Al ‘Athas itu seorang wali Allah yang mutlak dan dia dibenarkan mengkhabarkan apa perkara yang disembunyikan oleh orang lain.

Adalah Al Habib Arifbillah Ahmad bin Hussin Al ‘ Athas itu apabila banyak melihat Rasulullah SAW sehingga berulang-ulang kali semalam hingga tujuh kali.

Adalah Al Habib Al Arifbillah itu apabila ia berasa syak pada suatu hadis maka ia bertanya kepada Nabi SAW.

Adalah Al Habib Al Arifbillah itu dapat mengetahui perkara bohong, katanya saya melihat keluar daripada mulut pembohong itu seperti sesuatu asap.

Al Arifbillah itu dapat mengenal karangan-karangan kitab-kitab ilmu, mana kitab itu ditulis mengikut hawa nafsu atau kerana ta’asub atau lain-lain dari hawa nafsu dan ta’asub.

Al Arifbillah itu dapat memilih mana-mana kitab yang sayugia dibaca dan diamalkan oleh ahli ilmu.

Adalah guru Al Arifbillah Habib Ahmad bin Hussin Al ‘Athas itu bernama Ghausu Zamaanih Al Habib Abu Bakar bin Abdullah Al ‘Athas telah memohon pandangan dan pilihan dalam sesuatu perkara kepada Nabi SAW maka Nabi SAW bersabda kepadanya: “ Akan datang kebenaran atau datang isyarat di atas tangan seorang anak-anak kamu.”:

Al Arifbillah Ahmad bin Hussin Al ‘Athas berkata adalah roh-roh datang kepada saya pada permulaan hidup saya sebagai suatu utusan sepuak lepas sepuak dan dia bercerita bahawa setengah orang mati lalu kepadanya lepas roh-roh berpisah dari jasad orang-orang mati itu atau lalu malaikat kepadanya dengan mmbawa roh-roh itu. Saya Tanya (Habib Mufti), ke mana roh-roh yang tuan guru lihat tadi? Jawabnya , dia bersiyarat dengan tangannya bahawa roh-roh itu pergi ke pihak kiblat.

Al Arifbillah itu menceritakan kepada (Al Habib Mufti) bahawa Al Arifbillah berhimpun dengan roh-roh “barzzakhiyyah” yang belum masuk ke dalam jasad manusia di dalam suatu perkara berlaku.

Adalah Al Arifbillah itu bangun tidur pada 1/3 yang terakhir dari waktu malam, ia mengambil air sembahyang, dan ia sembahyang dan panjang sembahyangnya itu. Kemudian ia membaca zikir-zikir yang panjang dan mengulang-ulang “Asmaul Husna”, ia bertasbih, ia bertahmid, ia bertakbir pada tiap-tiap “isim” itu. Kemudian ia baca zikir-zikir yang lain kemudian ia baca Quran dengan bacaan sederhana tiada cepat dan tiada lambat dan dia dapat membaca lima juzuk Al Quran sebelum terbit fajar.

Disebutkan bahawa Al Arifbillah dan Al Afiful Munawwar Ahmad bin Abdullah Balkhair sembahyang witir berjemaah dengan membaca 10 juzuk Al Quran.

Adalah wirid Al Arifbillah dalam sehari 25,000 “Lailahaillallah” dan membaca separuh Quran. Adapun usaha Al Arifbillah pada membaca kitab-kitab ilmu dari kitab-kita tafsir, hadis, tasawuf dan lain-lain, maka tiadalah kita ketahui (kata Al habib ‘Alawi) seseorang pun seperti Al Arifbillah itu.

Berkata Al ‘Alamah Muhammad Bifadhlu, saya berhubung dengan Al Arifbillah pada tahun 1316 Hijrah, maka banyak bilangan kitab yang ia baca di hadapan Al Arifbillah dan lain-lain penuntut membaca kitab di hadapannya menunjukkan kitab-kitab yang dibaca dihadapannya itu dari semenjak Al arifbillah balik dari Mekah sehingga tahun itu tiada kurang dari 26 tahun, adalah sangat banyak tiada dapat dikira, kerana tuan guru Al Arifbillah itu tiada sabar dari ilmu dan dari ibadah dan dari zikir, semuanya itu makanan bagi dirinya dan rohnya, dan saya tiada lihat akan seseorang pun tahan mendengar kitab-kitab ilmu seperti tuan guru itu.

Adalah Al Arifbillah itu apabila ia melayan “dhif-dhif” dan tetamu atau utusan-utusan maka ia tiada tahan dari meninggalkan membaca kitab, maka ia letakkan sebuah kitab di atas ribanya dan ia balik-balikan halaman kitab itu, sambil ia melayani “dhif-dhif” itu kerana ia gemarkan ilmu dan kitab-kitab ilmu.

Dipetik dari Uqudul Almaasi.

Diriwayatkan oleh Imam Abu Na’im dan Ibnu Basykuwal daripada Imam Sufyan As Tsauri telah berkata, di antara ketika saya mengerjakan haji, tiba-tiba masuk seorang pemuda, dia tiada mengangkat sebelah kaki dan tiada meletakkan sebelah kaki, melainkan ia berselawat atas Nabi SAW dan keluarga baginda.

Maka saya katakan kepadanya: “Adakah dengan ilmu kamu kata begitu?” Pemuda itu menjawab: “Ya”. Kemudian pemuda itu berkata: “Siapa tuan?” Saya menjawab: “ Saya Sufyan As Tsauri.” Ia bertanya: “Dari Iraq ?” Saya jawab: “Ya.” Pemuda itu bertanya: “ bagaimanakah tuan kenalkan akan Allah?” Saya jawab: “Allah memasukkan malam ke dalam siang dan Allah memasukan siang ke dalam malam dan Allah menggambarkan anak-anak dalam rahim.” Kata pemuda itu: “ Wahau Sufyan, tuan belum kenalkan Allah dengan sebenar-benar kenal.”

Saya berkata: “ Bagaimana kamu kenalkan Allah?” Jawab pemuda itu: “ Bifaskhil hammi, wa naqdhil ‘azmi. (ertinya: dengan membuang bimbang dan membatalkan azam.). Dan saya bimbang maka saya buang bimbang itu, dan saya berazam maka dibatalkan azam saya itu, dengan itu saya kenal bahawa bagi saya ada Tuhan yang Esa yang mentadbirkan hal ehwal saya.”

Saya berkata: “Apa itu selawat yang kamu selawat kepada Nabi SAW?” jawab pemuda itu: “Ceritanya begini: Adalah saya pergi kerja dan bersama-sama saya ibu saya, dan ibu saya minta saya bawa dia masuk ke dalam Kaabah. Maka saya bawa ibu saya ke dalam Kaabah, maka ibu saya terjatuh dan bengkak perutnya dan hitam legam mukanya. Maka saya duduk disisinya dengan sedih hati saya, dan saya angkat 2 tangan ke langit dan saya berkata: Ya Rabbi Ya Tuhanku, beginikah Tuhan hamba buat kepada sesiapa yang masuk ke dalam rumah Tuhan hamba (Kaabah), maka tiba-tiba awan naik dari sebelah Tihamah, dan tiba-tiba ada di dalamnya seorang lelaki memakai pakaian putih, dan ia masuk ke dalam Kaabah. Dan ia lalukan tangannya di atas perut ibu saya, maka muka ibu saya menjadi putih dan kesakitannya reda. Kemudian ia berjalan hendak keluar dari Kaabah itu maka saya tarik bajunya dan saya berkata kepadanya: “Siapa tuan yang menolong menyelamatkan saya dari kesedihan saya?” Jawabnya, “ Saya Nabi kamu, Nabi Muhammad yang kamu memberi selawat ke atasnya.”

Maka kata saya: Ya Rasulullah “Fa Ausini” (ertinya mohon beri pesan pada saya). Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:

“Janganlah angkat sebelah kaki dan jangan letakkan sebelah kaki melainkan kamu berselawat di atas Sayidina Muhammad dan di atas keluarga Sayidina Muhammad.”

Kata saya: “ Adalah orang muda ini dari kalangan wali-wali yang sampai kepada Allah.”

Saya kata ini kisah yang diceritakan Imam Sufyan As Tsauri yang terkenal dan dinukilkan oleh Imam Abu Na’im, pengarang kitab Hilyatul Auliya’ dan Ibnu basykul dan telah dinukilkan oleh “Muhadissud Dunya” Sayyid As Syeikh Abdullah As Siddiq Al Ghamaari daripada ulama Al Azhar dan ulama Al Maghrib dalam kitabnya Fadhailun Nabiyyi fil Quranil Illahiyatu Fissolah ‘Ala Khairil Bariyyah dicetak oleh maktabah Al Kahirah Syari’ As Sonadiqqiyah, Medan, Al Azhar, Mesir.

Sedikit masa yang lalu saya telah mendengar seorang penceramah di suatu radio dengan jahil dan lalai dia mengatakan tiada mungkin dan tiada boleh seseorang menerima wirid dan amalan daripada Rasulullah SAW di dalam kaabah zaman sekarang atau sebelum sekarang, adalah Al ‘Alamah Ibnu Taimiyah menegur ahli taswuf bagaimana tersebut dalam kitab Al Fatawal Hadissiyah atau pengikut-pengikut Al hafiz bin Rejab dan Az Zahbi atau sefaham mereka seperti Syeikh Abu Bakar Al Jazairi dan Syeikh Halali yang ada di Madinah Almunawarrah itu kedua-duanya tiada senang hati dengan ahli bait Rasulullah SAW dan dengan ahli tasawuf.

Maka nyata dari kata-kata ulama yang di atas ini, bahawa berjumpa dengan Nabi SAW waktu tidur atau waktu jaga, dan Nabi SAW mengajar akan sesuatu ilmu, suatu doa, suatu selawat dan suatu zikir, adalah HARUS DAN BOLEH, bagaimana telah berlaku pada ulama-ulama, ahli ilmu Islam, wali-wali Allah dan orang-orang solehin, kita berkata perkara seperti ini termasuk di bawah erti kata “ fadhoilul ‘amal”.

Adapun perkara halal dan haram telah tertutup dengan terhenti wahyu kepada Nabi kita dan dengan wafat Nabi kita SAW sebagaimana kita telah sebutkan di awal-awal rencana ini.

Sila baca kitab-kitab berkenaan wali-wali Allah seperti Syawahidul Haq karangan Syeikh Yusuf Anbahani dan kitab Lathoifulminan karangan Al Arifbillah Tajuddin bin ‘Athaillah As Sakandari yang mati tahun 709 Hijrah dan Jami’u karamatil Auliya’ karangan Syeikh Anbahani dan Hilyatul Auliya’ oleh Al Hafiz Abu Na’im dan karangan Al ‘Alamah Dr. Abdul Halim Mahmud, Mesir dan lain-lain.

Pihin Datuk Ser Maharaja Datuk Seri Utama
Awang Haji Ismail bin Umar Abdul Aziz
Mufti Kerajaan Brunei Darussalam

Pejabat Mufti,
Kementerian hal Ehwal Agama,
Negara Brunei Darussalam.
14 Jamadil Awal 1408H
4 Januari 1988.