Wednesday, December 12, 2012

Ilmu Laduni


ILMU LADUNI
(Bagian kedua )
Drs. H. Engkir Sukirman, M.Sc.
Batan Indah D-18, Kademangan, Setu, Tangerang-Selatan , Banten
PERTAMA: Hujah Naqli (nas)
a. Hujah Al Quran
Dalam Al Quran ada dalil yang kuat sebagai bukti kewujudan ilmu ini. Hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah niscaya Allah akan ajari kamu (Al Baqarah: 282).
Dalam ayat ini jelas Allah menyebutkan bahwa bagi orang-orang bertaqwa yang bersih dari sifat-sifat mazmumah, Allah akan beri ilmu secara wahbiah, tanpa usaha ikhtiar, tanpa belajar atau berguru.

b. Hujah Hadits
Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang beramal dengan ilmu yang dia tahu, Allah akan pusakakan padanya ilmu yang dia tidak tahu (Dikeluarkan oleh Abu Nuaim).

Inilah buktinya. Artinya ilmu yang telah ada itu akan bertambah bila diamalkan. Yakni ia akan dapat ilmu baru hasil mempraktekkan ilmu itu. Proses ini juga berlaku secara wahbiah. Ilmu laduni atau ilmu ilham disampaikan oleh Allah melalui tiga cara:
1). Ilmu itu Allah jatuhkan langsung ke dalam hati.
2) Adakalanya Allah tayangkan ilmu itu yang boleh dilihat seolah-olah melihat layar TV. Sedangkan orang lain yang ada bersama-sama dengannya ketika itu tidak dapat melihatnya.
3) Atau mungkin mendengar suara yang membisikkan ke telinganya tetapi tidak nampak rupa makhluknya. Inilah yang dikatakan hatif. Mungkin suara ini suara malaikat, jin yang soleh atau wali-wali Allah.

KEDUA: Bukti Sejarah
Banyak kitab terdahulu yang menceritakan bagaimana pengalaman salafussoleh, ulama-ulama besar dan pengarang-pengarang kitab yang mendapat ilmu-ilmu laduni ini. Ada kitab-kitab karangan ulama muktabar (ulama besar) yang menunjukkan pengarangnya mendapat ilmu laduni. Di antara ulama yang memperoleh ilmu laduni atau ilmu ilham ini di samping ilmu melalui usaha ikhtiar ialah imam-imam mazhab yang empat (Imam Malik, Imam Syafii, Imam Hambali, Imam Hanafi), ulama-ulama Hadits seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, ulama-ulama tasawuf seperti Imam Al Ghazali, Imam Nawawi, Imam Sayuti, Syeikh Abdul Kadir Jailani, Junaid Al Baghdadi, Hassan Al Basri, Yazid Bustami, Ibnu Arabi dan lain-lain.

1). Imam Al Ghazali
Umurnya pendek saja yakni sekitar 54 tahun. Beliau mulai mengarang (menyusun) kitab-kitab segera setelah selesai bersuluk di kubah Masjid Umawi di Syam (Syria). Umurnya waktu itu sekitar 40 tahun. Artinya waktu yang digunakan dalam hidupnya untuk menyusun buku sekitar 14 tahun. Dalam waktu yang relatif pendek ini dia dapat mengarang 300 buah kitab yang tebal-tebal, yang bermacam-macam jenis ilmu pengetahuan termasuk kitab yang paling masyhur yaitu Ihya Ulumuddin, kitab tasawuf (dua jilid yang tebal-tebal) dan Al Mustasyfa (ilmu usul fiqh yang agak susah difahami).

Coba anda fikirkan, mampukah manusia biasa seperti kita ini menulis sebanyak itu. Betapapun geniusnya otak seseorang itu, tidak mungkin dalam masa 14 tahun dapat menghasilkan 300 buah kitab-kitab tebal, kalau bukan karena dia dibantu dengan ilmu laduni yakni ilmu tanpa berfikir, yang langsung jatuh ke hati dan langsung ditulis. Dalam pengalaman kita, kalau ilmu itu hasil pengkajian atau olah fikir, seperti halnya pengkajian yang dilakukan oleh profesor-profesor sekarang, butuh waktu empat tahun untuk dapat membuat satu tesis di dalam sebuah buku. untuk menulis satu buku membutuhkan waktu empat tahun, maka dalam 14 tahun baru mendapat tiga buah buku saja (ingat ini bukan makalah). Terlalu jauh bedanya dengan Imam Ghazali yang mencapai 300 buah buku itu.

2). Imam Sayuti
Umurnya juga pendek, hanya 53 tahun. Beliau mulai mengarang sewaktu berumur 40 tahun dan dapat menghasilkan 600 buah kitab. Dalam masa hanya 13 tahun dapat menghasilkan sebegitu banyak kitab. Artinya dia dapat menyiapkan sebuah kitab setiap dua minggu. Kitabnya itu juga tebal-tebal dan pembahasannya berkualitas ilmiah yang tinggi dan bermacam-macam disiplin ilmu. Antara lain kitabnya yang terkenal adalah Al-Itqan fi Ulumil Quran, Al-Hawi lil Fatawa (dua jilid), Al-Jamius Soghir (mengandungi matan-matan Hadits), Al-Ashbah wan Nadzoir, Tafsir Jalalain, Al-Iklil dan lain-lain lagi.

Kalaulah beliau menulis atas dasar membaca atau berfikir semata-mata, tentulah tidak mungkin dalam masa 13 tahun dapat menulis 600 kitab atau tidak mungkin dalam masa hanya dua minggu dapat mengarang sebuah kitab. Inilah ilmu laduni. Tidak heranlah hal ini dapat terjadi karena dalam kitab Al Tabaqatul Kubra karangan Imam Sya’rani di sana diceriterakan bahwa Imam Sayuti dapat yaqazah dengan Rasulullah sebanyak 75 kali dan dia sempat bertanya tentang ilmu dengan Rasulullah.

3). Imam Nawawi
Beliau adalah salah seorang diantara ulama yang meninggal sewaktu berusia muda, yaitu 30 tahun. Beliau tidak sempat menikah tetapi banyak mewariskan kitab-kitab karangannya. Di antara yang terkenal ialah Al-Majmuk yakni kitab fikih. Kalau ditimbang berat kitab itu lebih kurang 3 kilogram, yakni kitab fikih yang sangat tebal. Selain itu termasuklah kitab Riadhus Solihin, Al Azkar dan lain-lain lagi.

Untuk mengarang kitab Al-Majmuk saja kalau ikut kaedah biasa yakni atas dasar kekuatan otak, tidak mungkin dapat disiapkan dalam masa dua atau tiga tahun. Mungkin memakan waktu 10 tahun. Ini berarti dia mulai mengarang ketika berumur 20 tahun. Biasanya di umur ini orang masih belajar. Tetapi di usia semuda itu Imam Nawawi mampu mengarang bukan saja Al-Majmuk, tetapi juga mengarang kitab-kitab besar yang lain. Ini luar biasa!. Biasanya orang jadi pengarang kitab di penghujung usianya. Ini membuktikan selain dari cara belajar, ada ilmu yang Allah pusakakan tanpa belajar, tanpa usaha ikhtiar dan tanpa berguru. Itulah dia ilmu laduni atau ilmu ilham.

Sesudah kita mengkaji kemampuan ulama-ulama terdahulu, kita lihat pula ulama-ulama sekarang ini dan coba kita bandingkan. Berapa banyakkah buku-buku atau kitab yang telah ditulis oleh mereka sekalipun mereka telah memperoleh gelar Ph.D?. Oleh karena itu, jika ulama-ulama dulu mampu menulis kitab-kitab yang banyak dan tebal-tebal dalam masa yang singkat, tentulah hal ini adalah bantuan Allah yang luar biasa melalui ilmu laduni atau ilmu ilham yang bersifat wahbi di samping ilmu kasbinya.

Nampaknya sekarang ini sudah tidak ada lagi ulama yang memperoleh ilmu laduni. Ini karena kita semua sudah bersalut dengan cinta dunia dan berkarat dengan sifat-sifat mazmumah. Lihatlah zaman sekarang ini, susah untuk kita dapati ulama yang mengarang buku atau kitab. Mereka tidak mampu mengarang karena kekeringan minda (buah fikiran), sibuk dengan dunia, di samping perlu menggunakan otak, berfikir, membaca, banyak mentelaah dan mesti banyak referensi yang tentunya memakan waktu yang lama. Ini semua membosankan dan meletihkan, banyak ambil waktu serta tidak cukup waktu. Mereka tidak dapat pula ilmu melalui saluran ilham. Maka inilah rahasia kenapa ulama sekarang tidak menulis atau kurang menulis.

4. FIRASAT
Firasat ialah perasaan atau gerakan hati yang benar atau tepat karena mendapat pimpinan dari Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW: Takutlah olehmu firasat orang mukmin karena ia memandang dengan cahaya Allah (Hadits Riwayat At Tarmizi). Jika hati kotor, syaitanlah yang mengisinya yakni dengan was-was, jahat sangka, keraguan dan lain-lain lagi.

5. KASYAF
Apa itu kasyaf?. Kasyaf artinya menyingkap tabir-tabir yang menjadi penghalang atau yang jadi hijab pada mata batin untuk melihat alam ghaib atau rohaniah itu. Allah singkapkan, Allah buka dan perlihatkan alam ghaib tersebut. Tabir-tabir penghalang itu adalah sifat-sifat mazmumah. Apabila tabir-tabir mazmumah itu sudah terangkat, maka hatinya jadi awas dan terang-benderang, putih bersih. Sehingga mata hati mampu melihat makhluk-makhluk Allah yang pelik-pelik di alam yang bukan alam benda atau material itu seperti melihat alam jin, alam malakut dan alam Barzakh. Juga dapat melihat sifat batin manusia yakni kalau seseorang itu berperangai seperti kuda, maka dilihatnya rupa orang itu seperti kuda. Kalau berperangai anjing, orang itu berupa anjing. Allah perlihatkan hakikat orang itu .
Wallahu a’lam ....

No comments:

Post a Comment